Ada Aku Untukmu Sayang

Aku tak kan kemana
Aku akan slalu ada
Untkmu wahai kekasih tercinta
Aku akan menemanimu sepanjang masa

Tak usah kau mencariku
Tak usah kau mempertanyakan keberadaanku
Aku pergi sesaat jauh darimu
Untuk kelak datang kembali kepelukanmu

Percayalah dgn cintaku
Yakinlah hanya kamu dalam hatiku
Kelak jika Tuhan mengabulkan do’aku
Aku akan datang meminangmu

Berharap dan berdo’alah slalu
Jangan pernah kau merasa jemu
Karena Tuhan mendengar lirih pintamu
Dan yakinlah cinta kita kan menyatu.

salam
@chaerzamzami

KeraguanMU

Katanya kau mencintaiku
Katanya kau sayang padaku
Katanya tak ada yang lain di hatimu
Katanya cuma aku yang selalu kau rindu

Tapi tak seperti yang ku rasakan
Ada sesuatu yang kau sembunyikan
Ada cinta yang kau dambakan
Ada rindu yang kau nantikan

Bukan cintaku…
Bukan rinduku…
Kau tak mengharapkanku
Tak pernah merindukan aku

Inikah bukti cintamu?
Rasa rindu yang selalu terucap dari mulutmu
Hanya membuat keraguan di hatiku
Hanya membuat sakit dalam penantianku

salam
@chaerzamzami

Tuhan Jangan Sirnakan Kasihku Dengan Egonya

Tuhan…
Ku mencintainya
Melebihi diriku….
Tak melebihi cintaku pada-MU

Merasakan rapuhnya hidupku
Tanpa dirinya di sisiku
Menggegam erat tanganku
Mengusap setiap tetes air mataku

Tuhan dengar kan…
Aku tegar meski menyakitkan
Aku terima semua dalam keihklasan
Meski ego cinta takan mampu merelakan
Dirimu lepas dari pelukan

Ijinkan aku Tuhan..
Tetap mencintainya dalam ingatan
Dalam kesadaran
Jangan Engkau hapuskan
Rasa terindah yang pernah dia berikan

Aamiin

salam
@chaerzamzami

Selimut Kerinduan

((  Selimut Kerinduan ))

Di angkasa malam bintang bertaburan
Bumi bermandikan cahaya rembulan
Melambai hati dalam kerinduan
Harapkan senyum di atas awan

Aku cinta padamu kasih
Di hati berbisik lirih
Aku rindu padamu cinta
Dengan nada syahdu ku berkata

Selamat malam sayangku
Doaku kan selimutimu
Menjaga lelap jiwamu
Memeluk rindu di alam mimpimu

Malaikat penjaga sukma
Berilah mimpi indah padanya
Tenangkan resah menggoda jiwa
Hilangkan penat yang melanda

Ku mohon pada-Mu Ya Tuhan
Jangan basahi pipinya dengan airmata kesedihan
Basahilah dengan airmata kebahagiaan
Jangan biarkan hilang senyum keindahan

SeIamat malam cintaku
I love you
Selamat malam sayangku
I miss you

salam
@chaer zamzami

Cinta Pandangan Pertama Tidak Semestinya Baik

Cinta pada pandangan pertama
tidak lah selamanya benar

 

tetapi cinta bisa tumbuh dari kesan pertama
jika anda bertemu dengan seseorang
dan anda merasa tertarik padanya
pertama yang perlu anda lakukan adalah

anda harus menunjukan simpati anda
dengan tersenyum menyapanya dengan ramah
sambil mengangguk sedikit dengan mengucapkan salam
inilah sebuah langkah awal yang baik

dan bisa menjadi tali penyambung untuk langkah berikutnya
ada hal yang perlu anda ingat adalah
jangan buru-buru berkenalan dengan
menyodorkan tangan anda, untuk bersalaman

ingat anda baru saja ketemu
ingat manusia punya perasaan curiga
dan akan tidak semudah itu untuk bersalaman.
anda pernah mendengar kalau mata bisa berbicara

itu adalah sebuah kiasan bahwa orang bisa mengetahui
orang bermaksud baik dan jahat dari sorot matanya
pada saat anda memberikan salam
anda jangan memandang bagian dada yang menonjol

atau paha yang mulus
mobil atau yang keren
tapi tataplah matanya dan tunjukan
rasa kagum anda dengan menghormatinya

dengan tatapan mata anda
orang akan mengerti apa yang anda fikirkan.
tetap jaga mata anda jangan sampai dia mencuri
pandangan anda kebagian tubuh yang lain

sehingga membuat orang yang kita ajak bicara merasa risih
dan tidak nyaman dan akhirnya timbul rasa curiga dengan anda
mudah-mudahan catatan ini bermanfaat buat para pembaca

salam
@chaerzamzami

PEMUJAMU

Kali ini ku tlah jatuh ke dalam
Dosa begitu besar
Terlalu mencintai begitu dalam
Mengurungku ke dalam keindahan

kau begitu sempurna di mataku
hatiku mulai tenang bila kau ada di sampingku
hatiku mulai rapuh bila kau tak ada di sampingku
apa yang harus aku lakukan tanpa dirimu,

canda dan tawa mu begitu terngiang dalam lubuk hatiku
teringat saat-saat kau ada di samping ku
kau menemani ku dengan penuh ke hangatan
menghilang rasa sedih dan sepi yang kurasakan,

Naylie zamzami

menghilangkan kegelisahann yang
selalu menyelimuti hatiku
meskipun kita tidak selamanya
bertatapmuka karena jarak
memisahkan kita disini tapi……..
bayanganmu selalu dalam ragaku sepenuhnya,

kau begitu indah,dan mungkin
akan tetap indah selamanya.
aku akan setia menunggu mu di sini……..
hingga waktu yang akan
mempertemuankan aku dan kamu

aku berdoa tak hentinya ku curah kan untukmu
agar kau bahagia dalam kesunyianmu
baik-baik sayang ada aku selalu untukmu disini
doaku selalu untuk kita bersama demi meraih masa depan kita
menggapai mengarungi dan menerobos pintu cahaya itu

 

walaupun air mata tak terhentikan ku teteskan untukmu
tapi ku yakin air mata ini air mata ketegaran
yang akan selalu aku kobarkan dalam hatiku.
karena Kaulah hidupku dan juga matiku

cat :
ini puisi buatmu bundza dari lubuk hati ku tertulis ungkapan ini
terbuat penuh keagungan akulah pemuja hatimu

love u miss u  forever bundza…!!!

 

Jauhkan diri dari sifat Egois

Bismillahirohman nirohim…..

Wahai para wanita, dalam kelemahan fisik dan halusnya perasaanmu,
Namun tiada terperi kekeuatanmu dalam suatu hubungan/ rumah tangga
Kaulah pondasi dari segalanya, yang jika kau lalai, maka
Bangunlah hubungan/rumahtangga itu akan roboh dan menimpa seluruh
Hidup dan keluargamu, maka hentikan seluruh tindakan Egoismu
Yang mengutamakan kebahagian dan keperluanmu sendiri

Percayalah…
Melayani bukan berarti menjadikan kau pelayan
Namun berarti adalah memeuliakanmu sebagai wanita yang berbudi
Dan berakhlak mulia.

Keegoisan adalah cikal bakal untuk menjadi serakah,
Harta dan ilmu yang dimiliki hanya akan berguna
Bila kita dan orang lain memperoleh manfaatnya
Semua hanya titipan dan tidak ada yang abadi
Keegoisan membuat kita miskin amal dan miskin berkah
Padahal harta dan ilmu itulah yang jadi bekal kita untuk
kebahagiaan
di dunia dan akhirat.
amiin…

salam
@chaerezamzami

KEGALAUAN CINTA

Ketika cinta bicara
Ketika rindu merambah sukma
Namun hatiku tak kuasa
Menanggung segala rasa yang melanda

Aku terpuruk di sudut hatiku
Terbelenggu rindu yang kian menggebu
Namun cintaku hanya sebatas angan

Mencintaimu dengan segala ketulusanku
Tercurahkan dengan segala perasaanku
Namun kau tak pernah merasakan itu
Tak mau membaca isyarat cintaku

Aku berlari mengejar cintamu
Namun kau tetap acuh dan terus berlalu

Bukankah sudah kukatakan
Hati tak mudah melupakan
Cinta yg pernah tercampakan
Membekas penuh kelukaan

Andainya kau mengerti
Lelah hatiku tuk jatuh cnta lagi
Jenuhku mengapai mimpi mimpi
Jemu,jemuku slu mengerti

Aku membisu..
Berharap kau kan datang menyapaku
Mengerti akan kesendirianku
Menunggu kau slu bersamaku

Cinta ku tak punya
Bagaimana ku bisa memulainya
Jangan kau tuduh ku mendua
Melupakanmu saja ku tak bisa

@chaerzamzami

CERITA CINTA SEORANG SUAMI

“Semoga cerita ini mengingatkan pada seorang kekasih, istri agar betapa besarnya cinta seorang Pria, suami yang memiliki cinta sejati dari dalam diri untuk membahagiakan pasangan hidupnya dgn tulus ikhlas,karena allah taala”

inilah kisahnya :

Aku membencinya, Itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, Aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, Membuatku membenci suamiku sendiri. Walaupun menikah terpaksa, Aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, Setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya

tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, Suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka. Ketika menikah, Aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, Akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, Aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, Aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, Aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, Aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, Aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, Tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, Dokterpun menolak menggugurkannya.

Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami. Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, Aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, Dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, Ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun
sebelumnya, Saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu.

Yaah, Karena merasa terjebak dengan perkimpoianku, Aku juga membenci kedua orangtuaku. Sebelum ke kantor, Biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, Ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu Seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, Akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon. Namun betapa terkejutnya aku, Ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan. Aku menelepon suamiku dan bertanya,
“Maaf sayang, Kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, Kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.”
Katanya menjelaskan dengan lembut. Dengan marah, Aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa
menunggunya selesai bicara.

Tak lama kemudian, Handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, Akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”
“Sayang, Aku pulang sekarang, Aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , Kuatir Aku menutup telepon kembali.
Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, Aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi.

Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu. Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, Aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah. Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, Terdengar suara asing
menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri,
“Selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?”
Kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, Ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian.

Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas. Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, Serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya.

Selesai mendengar kenyataan itu, Aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis. Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, Aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat.

Airmata merebak dimataku, Mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, Aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, Airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam masjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, Tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, Karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Ia pun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat pemakaman, Aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya. Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya.

Di hari-hari awal kepergiannya, Aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, Aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di
rumah, Membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku.
Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku. Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, Tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, Tetapi
kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, Sekarang aku memandangi komputer, Mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih
tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, Sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, Sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote.

Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya. Aku juga marah pada diriku sendiri, Aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, Tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, Meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, Meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belakan, Hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, Keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, Aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, Ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana ? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, Ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku Liliana tersayang, Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu. Maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu. Seandainya aku bisa, Aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, Ya sayang. Jangan menangis, Sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.

Teruntuk Farah, Putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu.
Dan Farhan, Ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke!

Aku terisak membaca surat itu, Ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note. Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, Sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta. Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak- anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, Tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikah dengan seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya,
“Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”
Aku merangkulnya sambil berkata,
“Cinta sayang, cintailah suamimu, Cintailah pilihan hatimu, Cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, Kau akan belajar menyenangkan hatinya, Akan belajar menerima kekurangannya, Akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, Kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”
Putriku menatapku,
“Aeperti cinta ibu untuk ayah ? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”
Aku menggeleng,
“Bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, Seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, Tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, Tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

Tentang Aku Kau & Dia

Tragedi 03 September 2011

Dia datang saat waktu yang tepat
Setelah ku pergi dia mengisi hati
Senyumku yang dulu hidup kini telah mati
Lukaku perlahan pasti kan terobati
Bukan kesempatan ini keajaiban
Mengganti diriku, menggantikan segalanya

(Salahkan diriku), jangan salahkan siapapun (jangan dirimu)
Kau buang hariku (hari-hari), kau buang waktuku (waktumu)
Rasakan sesalmu (rasakan sesalku), nikmati sakitmu (sakitku)

Apapun yang terjadi aku peduli, Dosa apa yang tlah kau lakukan
Dosa apa yang tlah ku perbuat, Janganlah menghindari aku
kuingin kau di sini, tak bisakah kau terima,bila ku tak sempurna

Saat ku pandang bintang-bintang, Lebih indah dirimu
Cahayanya memang terang, Tapi dirimu itu menakjubkan
Tahukah saat godaan datang, aku pilih kau
Tahukah saat ku hilang arah, aku pilih kau
dan berakhirnya di dirimu

Sesungguhnya ku tak memilih, cinta lah memilihmu
takkan pernah kuhindari, karna dirimu buatku bahagia

Saat kututup mataku,
Terbersit keinginan untuk bawa kamu,
Jauh kedalam kehidupanku,
Saat kuyakinkan hati ini bahwa kamu mampu,

Bertahan dengan semua keadaanku saat ini,
Selalu ada sesuatu yang memaksa aku berfikir kembali,
Untuk melangkah lebih jauh sampai di Titik ini,

Aku harus menjawab…
Mengapa hatiku sering bimbang,

Jujur…
Dari dalam lubuk hatiku yang paling dalam aku katakan,
Aku sayang kamu…
Aku cinta Kamu…
Aku akan selalu rindu padamu,

Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada padamu
Hingga buatlah kamu benci padaku
Karena perasaanku ini

Pada Tgl 03 september 2011  Kita putuskan…

Untuk arungi lautan yg penuh gelombang ini bersama-sama lagi,
Berbekal hati yg terluka, coba abaikan sakitnya,
Penuh harap, gantungkan angan diangkasa,
Walau hampir basah pipi ini dengan air mata tak percaya,

Getir….
Saat kau ucapkan setiap kata,
Yang terbungkus cerita tentang kamu dengan dia…
Tapi sudahlah, aku bisa terima semua itu,
Dan berharap, tak ada lagi cerita,
Yang keluar dari bibirmu tentang masa lalumu itu,
Karna aku masih ingat  jelas rasa sakitnya,

Catatan ini adalah Kisahku yang dulu
Dan ini saya buktikan ku tuliskan dengan Puisi
Kisah cerita menggambarkan masa laluku

Cat:

Di saat keseriusan qt sedang di uji maka percayakanlah bahwa hati qt memang harus jujur.

 

@chaerzamzami

Previous Older Entries